21 July 2011
So no one told you life was going be this way
Nggak ada yang tahu kehidupan bakal jadi seperti ini, entah itu baik atau buruk. Setahun yang lalu gue masih have-no-idea bakal ketemu seseorang kayak si Kambing (gue putuskan untuk menyebutnya demikian kalo nulis dalam bahasa Indonesia, karena nama Red bakal bikin ini kedengeran lebih aneh).
Ada satu rahasia. Dan sumpah demi Neptunus, gue nggak pernah ceritain ini ke siapa-siapa karena dua hal. Pertama, ini memalukan. Kedua, kedengerannya pathetic banget. Dan ketiga, ini memalukan.
One year back, sebagai mahasiswi first year kita ada masa orientasi dimana sekelas suruh bari berderet dan memperkenalkan diri dengan cara "yang seunik" mungkin. Dan Ka Arif (one of best senior-pals) mention kalo kita pun harus nyebutin status kita apaan. Perkenalan dimulai dari deret paling kiri, which is isinya anak-anak cowok semua.
Pas giliran kambing maju ke depan dan memperkenalkan diri, gue nggak memperhatikan dia kecuali di satu bagian.
Status.
Dan alasan kenapa gue menganggap bagian itu penting adalah karena... I'm kinda have a crush with him. Lalu saat dia maju... dia nggak single saat itu. Merasa sedikit terpukul (meski gue tau I had no rights about that), gue memutuskan untuk mengubah apa yang ingin gue sampaikan saat gue maju memperkenalkan diri nanti.
Sebelum si Kambing maju, jawaban yang ingin gue katakan tadinya begini: status single, nggak punya pacar, titik. Simpel aja kan.
Dan setelah gue denger apa kata dia saat introducing, jawaban gue berubah jadi begini: saya memutuskan untuk tetap single sampai bisa mandiri dan karena pengen fokus sama kuliah dulu.
Kedengerannya sok banget kan.
Jawaban itu meluncur begitu aja setelah mengetahu crush-target gue ternyata udah ada yang punya. Dan itu menyedihkan banget karena pada saat itu, akhirnya setelah tahun-tahun yang panjang dan hampa, I actually have a crush. Gue punya orang yang gue suka dan menurut gue itu ya lumayan hebat. Back then, I used to wonder if I'm capable enough to fall in love again or even flirting. Dan saat gue ngeliat Kambing pas ospek, I was thinking maybe we could be a good friend. Dan saat kita pada akhirnya berkumpul di satu kelas yang sama, gue nggak sadar perasaan gue kalo gue suka dia (karena, oke, dia lucu, charming, somehow looks... good in my eyes. Kalo kamu baca ini please please please anggep aja aku nggak ngomong begini barusan).
Gue yang setahun lalu adalah seorang quitters of love, nggak mau sekali lagi dikendalikan hidupnya karena perasaan, nggak mau mengalami kisah menyedihkan karena bertepuk sebelah tangan. Dan entah kenapa saat gue ngeliat dia, gue merasa 'kasta' gue berbeda sama dia, as if I were the nerdy of the class and he's the famous one. Nggak ada ceritanya dua kubu yang bertentangan itu menemukan titik persamaan, and I used to bet that his girlfriend must be the kinda of another girl: pretty, skinny, charming, and also the famous one. Dan menyukai orang seperti itu hanya akan menambah daftar yang menyedihkan dalam hidup gue.
Bahkan saat dia SMS gue untuk pertama kalinya, gue berpikir dia terpaksa SMS gue hanya karena ada perlu aja. Lalu saat gue blaik ke rumah buat weekend, gue menyadari satu hal yang berbeda daripada saat gue berada di rumah terakhir kalinya.
Gue mikirin dia. Dan pikiran tentang dia itu cukup banyak dan intens.
Sekarang Kambing semester tiga dan barusan gue selesai telponan. Dia udah ngantuk dan tadinya gue juga ngantuk dan berniat langsung tidur, tapi gue rasanya pengen nulis sesuatu saat gue meletakkan kepala di bantal. Besok pengumuman penerimaan mahasiswa baru gue di sebuah sekolah periklanan di Kebayoran keluar, dan berdasarkan tes yang gue jalanin hari ini, untuk pertama kalinya gue nggak yakin bakal diterima di perguruan tinggi swasta. Tes hari ini ngaco banget, padahal seharusnya gue bisa. Alesannya konyol. Hanya karena ada seseorang di ruangan itu yang make parfum yang sama kayak Kambing dan bum! Gue kehilangan konsentrasi. Maklum anak ADHD.
Setahun yang lalu gue nggak akan tahu bakal begini jadinya. Gue nggak tahu gue bakal di deportasi balik ke hometown, dan gue juga nggak tahu gue ternyata capable untuk memiliki sesuatu yang berharga seperti apa yang gue miliki sama Kambing.
Gila aja. Dia nggak komplain dengerin ocehan mimpi gue yang aneh-aneh setiap hari. Nggak capek dengerin gue bertingkah kayak anak-anak dan aneh. And the best part. He even willing to wait for me. Gue nggak bisa memberikan kepastian apa-apa buat dia. Ketemu aja susah, teleponan harus diem-diem, ribet banget. Tapi dia tetap berada di tempatnya seperti biasa. Tetep support gue. Tetep menyayangi gue dengan segala kekurangan gua yang banyak banget ini.
Dan soal mimpi gue yang aneh-aneh itu bikin Kmabing punya feeling kalau mungkin bakal ada sesuatu yang terjadi setelah ini. Dan itu bukan hal yang baik. Semoga aja bukan sesuatu yang berhubungan dengan dia, karena kalau ada hal buruk sekecil apapun menimpa dia, please God, biar gue yang menanggungnya. Itulah yang bakal lo lakukan kalau sayang sama seseorang. Lebih milih sesuatu yang buruk menimpa kita ketimbang orang itu kenapa-kenapa.
Gue bener-bener berharap pengumuman besok gue diterima. Karena kalo nggak, artinya bakal semakin lama waktu sampai gue ketemu dia lagi. Sedih banget karena gue nggak yakin bisa ketemu dia minggu ini apa nggak, padahal ini liburan dan dia nggak sesibuk biasanya. Setahun yang lalu gue nggak tahu hidup gue bakal jadi seindah/seburuk ini. Dan hari ini pun gue nggak tahu apa yang bakal terjadi besok. Satu jam di dunia benar-benar bisa merubah hidup seseorang 360 derajat.
Dan gue nggak bisa kayak orang-orang lain yang que sera sera, whatever will be, will be. Gue bukan tipe orang seperti itu. Mungkin kedengerannya gue berpikiran dangkal karena gue begiut keras kepala mempertahankan semua ini. But you know what? I've lost so many people I love before. Dan sekarang gue punya seseorang yang bener-bener gue sayang dan orang ini sangat penting untuk gue, bukannya wajar aja kalo gue nggak mau dia terluka sedikitpun? Gue lelah kalo harus kehilangan orang-orang yang gue sayang dengan alasan apapun.
Dan karena gue sayang banget sama Kambing, gue nggak pengen menjauh dari dia dengan alasan apapun.
So God, if You hear me, here I am. You can took everything I had but him. I guess.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment