Pages

Daisypath Anniversary tickers
Daisypath Graduation tickers

19 May 2012

A Small Priceless Thing

Beberapa hari yang lalu gue naik metromini dari Blok M ke kampus, duduk di bangku kedua setelah pintu masuk depan. Nggak lama setelah gue duduk dan metromini jalan, seorang wanita paruh baya, dengan semburat warna putih dan kelabu di rambutnya, memakai baju oranye seragam Dinas Kebersihan Jakarta, duduk di depan gue.Kurus, dari belakang dia kelihatan capek.
Nggak yang spesial. Sampai seorang pengamen naik, main gitar dan nyanyi. Muka pengamen itu, somehow, terkesan baik di mata gue. Dan lagunya pun lumayan, nggak asal genjreng nyanyi aja. Gue merogoh kantung tas, menyiapkan sekeping uang lima ratus perak untuk dikasih sebelum gue turun dari metromini.
Di depan kampus, gue berdiri dan bersiap-siap turun. Bertepatan dengan lagu yang selesai dinyanyikan pengamen itu, gue bersiap untuk turun sekaligus memasukan koin itu ke dalam kantung bekas makanan ringan yang usang, yang jadi tempat penadah periuk nasi orang itu sehari-hari.
Tapi sebelum gue sempat memberikan uang, lima ratus perak yang nyaris nggak ada artinya, ibu di depan gue mengeluarkan sekeping logam seribu rupiah dari kantung seragam jumpsuit-nya.
Gue ngerasa sangat malu. Karena terlalu pelit, mungkin juga karena begitu kagum sama Ibu itu. Mengingatkan gue sama kisah di Alkitab tentang seorang janda miskin yang memberikan semua harta yang dimilikinya untuk Tuhan di Bait Allah. Beberapa keping uang logam yang jauh lebih berarti ketimbang duit-duit yang disumbangkan orang kaya untuk sesamanya.
Dan entah kenapa, gue merasa sangat terhormat dan beruntung bisa bertemu sosok sederhana seperti itu.

No comments:

Post a Comment